Buddhist Festival 2008 di GTC Tanjung Bunga Makassar





Setelah sukses pada tgl 25 - 30 Juni 2008, yang di selenggarakan oleh Buddhist Education Center / BEC Surabaya yg diselenggarakan di Supermall Ballroom - Convention Center, Supermall Pakuwon Indonesia Surabaya, Jl. Puncak Indah Lontar No. 2, Surabaya
Maka dilanjtkan d Makassar pada tgl 23 -31 agustus2008..

Begitu kita memasuki Buddhist Festival 2008, maka kita akan disambut oleh sebuah ruangan pertama - Buddha Indonesia, dengan nuansa relief candi, yang mengingatkan kita kembali pada sejarah ajaran Buddhism Indonesia pada jaman kejayaan Bangsa Indonesia melalui peninggalan candi dan arkeologi. Selesai melewati ruang pertama, maka sampailah kita pada ruang kedua - Ruang Diorama Riwayat Hidup Sang Buddha Gautama. Dimana disini kita dikelankan akan latar belakang dan dasar munculnya Buddhism melalui riwayat hidup Sang Buddha Gautama.

Diorama ke 1 - TEKAD MENJADI BUDDHA

Pada satu masa kehidupan lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang pertapa bernama Sumedha. Beliau dilahirkan sebagai seorang kaya raya yang kemudian mendanakan semua hartanya dan menjadi pertapa. Pada suatu ketika pertapa Sumedha bertemu dengan Buddha Dipankara, saat itu beliau menelungkupkan tubuhnya sebagai jembatan agar Sang Buddha Dipankara tidak menjejakkan kakinya ditanah berlumpur. Pada saat itulah Beliau bertekad menjadi Samma Sambuddha pada satu saat nanti


Diorama ke 2 - DANA PARAMI (PARAMITA KEDERMAWANAN)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang raja bernama Visantara. Beliau selalu memberikan dana tanpa keragu-raguan dan dengan cinta kasih. Beliau pernah memberikan Gajah pembawa keberuntungan kerajaan kepada kerajaan lain yang membutuhkan, merelakan istrinya untuk membantu seorang pertapa tua yang hidup sendiri, bahkan memberikan kedua anaknya kepada seorang brahmana yang tidak punya keturunan. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.



Diorama ke 3 - SILA PARAMI (PARAMITA MORALITAS)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seekor Raja Gajah. Kemudian ada seorang Permaisuri yang merupakan tumimbal lahir seekor gajah yang pernah menjadi musuh Sang Raja Gajah. Karena masih memendam dendam, Permaisuri ini meminta Sang Raja untuk mengambil gading Sang Raja Gajah. Lalu diperintahkan para pemburu untuk membunuh Sang Raja Gajah dan mengambil gadingnya. Meskipun Sang Raja Gajah mampu membunuh para pemburu dengan kekuatannya, tetapi tidak dilakukan. ini dikarenakan Sang Raja Gajah pernah bertekad untuk tidak menyakiti makhluk lain. Dengan kekuatan pengendalian diri yang kuat Beliau merelakan gadingnya diambil oleh para pemburu. Sang Permaisuri yang mengetahui hal ini kemudian merasa menyesal dan meninggal karena penyesalannya. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.



Diorama ke 4 - NEKKHAMA PARAMI (PARAMITA MELEPAS)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang raja bernama Makhadeva dan Videhi. Ketika pada suatu ketika saat Beliau mencukur rambutnya, Sang tukang cukur memberitahu Sang Raja bahwa rambutnya mulai memutih. Mendengar hal ini, beliau mulai menyadari bahwa hidup tidaklah kekal. Memikirkan hal ini, kemudian beliau melepaskan jabatannya sebagai seorang raja dan menjadi seorang pertapa dalam sisa hidupnya. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.




Diorama ke 5 - VIRIYA PARAMI (PARAMITA DAYA UPAYA)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang Pangeran bernama Pancayoda. Pada suatu ketika Beliau diperintahkan ayahnya untuk menimba ilmu perang di negara tetangga. Setelah menguasai ilmu perang Beliau pulang kembali. Di tengah perjalanan Beliau bertemu dengan siluman bernama Siesaloma. Dalam pertempuran sengit, Sang Pangeran telah menggunakan semua senjata pusakanya tetapi tetap tidak bisa mengalahkan siluman tersebut. Meskipun demikian beliau tidak patah semangat dan terus berusaha melawan. Pada akhirnya dia mampu mengalahkan siluman tersebut dengan kebijaksanaanya yang membuat siluman tersebut sadar akan perbuatan jahat yang dilakukannya. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.




Diorama ke 6 - KHANTI PARAMI (PARAMITA KESABARAN)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang Pertapa bernama Khantivadi. Sang Pertapa mengajarkan Permaisuri Raja tentang kesabaran. Kemudian Sang Raja merasa cemburu dan berusaha menguji kesabaran seperti yang diajarkan oleh pertapa tersebut. Cara yang dilakukan Raja adalah dengan menyiksa. Karena Pertapa Khantivadi masih tetap sabar, dia lalu memerintahkan memotong tangan dan kaki sang pertapa satu demi satu untuk menguji kesabarannya. Tetapi Sang Pertapa tetap menjaga kesabarannya dengan baik. Melihat kesabaran Sang Pertapa yang begitu agung, Dewa Saka tersentuh dan turun mengembalikan semua tangan dan kakinya. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadikan Beliau sebagai Samma Sambuddha.






Diorama ke 7 - SACCA PARAMI (PARAMITA KEJUJURAN)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang Raja bernama Sutasoma yang berteman dengan Raja Brahmadata. Dimana Raja Brahmadata ini memiliki kebiasaan yang menyimpang, yaitu memakan daging manusia lalu diusir dari kerjaannya. Pada suatu hari Brahmadata jatuh sakit. Dia mempercayai untuk kesembuhan dirinya, dia harus memakan daging Raja Sutasoma. Dengan segala cara dia memancing Raja Sutasoma untuk menangkapnya. Sampai pada satu ketika Raja Sutasoma tertangkap dan akan dimakan olehnya. Tetapi kemudian sebagai seorang teman Raja Sutasoma memohon kepada Brahmadata untuk memberikan waktu kepadanya untuk menyelesaikan urusannya. Dia berjanji untuk kembali setelah urusan selesai. Setelah dilep�skan dan menyelesaikan urusannya Belalu kembali untuk menepati janjinya meskipun dia tahu pasti akan mati. Melihat hal ini Brahmadata tersentuh dan sadar akan kesalahannya. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.






Diorama ke 8 - ADHITANA PARAMI (PARAMITA TEKAD)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang pangeran bernama Themiya. Karena beliau menyadari kehidupan lampaunya yang selalu menjadi raja dan berbuat hal yang tidak baik, maka pangeran Themiya berpura-pura bisu tuli dan idiot agar tidak menjadi raja kembali. Karena Raja dan Permaisuri merasa malu dengan keadaan anaknya, Mereka memerintahkan untuk membunuh Sang Pangeran. Ketika sampal di luar istana, Sang pangeran berbicara kepada utusan Raja untuk menyampaikan pesan tentang maksud perbuatannya dan bertekad menjadi pertapa. Utusan Raja kembali dan menceritakan pesan sang pangeran. Mendengar hal ini Raja dan Permaisuri menyusul sang pangeran ke dalam hutan dan menjadi pertapa. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.




Diorama ke 9 - METTA PARAMI (PARAMITA CINTA KASIH)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang anak laki-laki yang memiliki ayah dan ibu yang buta karena dipatuk ular. Dengan penuh cinta kasih anak ini selalu menjaga ayah dan ibunya. Pada suatu ketika ada rombongan seorang Raja yang berburu rusa di hutan. Secara tidak sengaja anak panah yang diluncurkan sang Raja mengenai tubuh sang anak. Mengetahui hidupnya sudah tidak lama lagi, kemudian dia memohon kepada Raja untuk membantu mengurus ayah dan ibunya yang buta dan hidup sendiri. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.




Diorama ke 10 - PANNA PARAMI (PARAMITA KEBIJAKSANAAN)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang pertapa yang bijaksana. Sepanjang hidup beliau selalu membantu menyelesaikan berbagai macam masalah orang lain disekitarnya dengan cara-cara yang bijaksana. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.




Diorama ke 11 - UPPEKKHA PARAMI (PARAMITA KESEIMBANGAN)

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang pertapa yang menjalankan kehidupannya dengan telanjang. Pada satu ketika beliau menyadari bahwa apabila dia melakukan perbuatannya ini, dia akan terlahir di alam rendah. Menyadari dan mengerti kebenaran ini kemudian sang pertapa mengubah cara bertapa dan kehidupannya dengan cara yang lebih benar. Yang kemudian terlahir di alam Surga Tusita. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.




Diorama ke 12 - CALON BUDDHA DI SURGA TUSITA

Setelah menyempurnakan keseluruhan paramita yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Buddha, Beliau terlahir di Surga Tusita dan menunggu perhitungan waktu dan kamma yang tepat untuk terlahir sebagai manusia. (Semua calon Buddha terlahir di surga Tusita untuk menunggu waktu dan kondisi yang tepat terlahir sebagai manusia).




Diorama ke 13 - MIMPI SANG RATU

Pada satu masa terdapat seorang Raja bernama Sudhodana dan suku Sakya yang berdiam di Kapilavastu di sebuah tempat di India. Setelah sekian tahun menikah dengan permaisuri yang bernama Mahamaya, masih belum dikaruniai seorang anak. Sehingga pada satu ketika Ratu Mahamaya bermimpi tentang gajah putih yang masuk kedalam perutnya. Gajah putih pada masa itu dianggap sebaga simbol sebuah keberuntungan. Pada keesokan harinya Ratu Mahamaya baru menyadari kehamilannya.




Diorama ke 14 - KELAHIRAN PANGERAN SIDHARTA

Pada satu masa kelahiran lampau Sang Buddha Gautama pernah terlahir sebagai seorang pertapa yang bijaksana. Sepanjang hidup beliau selalu membantu menyelesaikan berbagai macam masalah orang lain disekitarnya dengan cara-cara yang bijaksana. Paramita perbuatan baik ini kemudian menjadi salah satu sebab Beliau menjadi Samma Sambuddha.




Diorama ke 15 - ASITA DAN RAMALANNYA

Pertapa Asita adalah seorang Brahmana ternama yang disegani pada saat itu. Ketika pertapa Asita dipanggil raja untuk memberkati sang pangeran, ada kejadian yang tidak lazim. Seharusnya Sang pangeran yang akan diangkat untuk menghormat kepada Asita sebagai gurunya, tetapi secara tidak sengaja kaki sang pangeran menyentuh kening pertapa Asita. Sejak saat itu pertapa Asita melihat tanda-tanda keagungan seorang calon Buddha. Menyadari hal ini kemudian beliau tertawa karena mengetahui telah terlahir seorang guru agung. Sesaat kemudian pertapa Asita menangis karena mengetahui bahwa dirinya tidak akan sempat mendengarkan ajaran agung yang akan disampaikan.




Diorama ke 16 - MASA KANAK - KANAK PANGERAN SIDHARTA

Sebagai seorang anak kecil pangeran Sidharta adalah seorang yang penuh kasih sayang dan bijaksana. Pada satu ketika pangeran Sidharta berdebat dengan sepupunya Devadata tentang seekor belibis yang terkena panah Devadata dan diobati pangeran Sidharta. Perdebatan ini dimenangkan oleh pangeran Sidharta di depan dewan pengadilan karena perkataan beliau �Nyawa adalah milik orang yang menyelamatkannya, bukan yang ingin membunuhnya�. Dan pada masa perayaan membajak sawah, beliau menyaksikan fenomena alam tentang siklus kehidupan melalui proses saling memakan binatang binatang di sawah. Pada saat itulah beliau merenungkan fenomena alam dan masuk dalam kondisi meditatif dan mencapai jhana I (kondisi pencerapan batin yang dalam).




Diorama ke 17 - MASA REMAJA

Sebagai seorang pemuda yang tumbuh dengan baik, pangeran Sidharta menguasai berbagai keahlian dalam ilmu militer, pedang, renang, dan panah. Tetapi karena sifat welas asihnya, sang pangeran tidak pernah menggunakan keahliannya untuk berburu dan membunuh binatang. Sehingga pada saat Raja Sudhodana mencarikan jodoh untuk pangeran Sidharta, banyak raja yang menyangsikan kemampuannya dalam menghidupi keluarga nantinya. Untuk membuktikan kemampuannya pangeran Sidharta meminta diadakan pertandingan. Dalam pertandingan ini, pangeran Sidharta memenangkan semua subyek dengan hasil yang menakjubkan.




Diorama ke 18 - PERNIKAHAN PANGERAN SIDHARTA

Setelah banyak raja yang menyaksikan kemampuan pangeran Sidharta. Mereka mengirimkan putri mereka untuk dinikahkan dengan pangeran Sidharta. Pada saat melihat Putri Yasodhara, pangeran Sidharta kemudian menetapkan memilihnya sebagai istrinya. Setelah itu pernikahan Pangeran Sidharta dan Putri Yasodhara dilakukan dengan upacara yang meriah.




Diorama ke 19 - 4 PENAMPAKAN AGUNG

Pada saat pangeran berumur 28 tahun, Pangeran Sidharta merasa tidak puas dengan kemewahan yang ada disekelilingnya. Kemudian pangeran keluar istana bersama kusirnya melihat dunia di luar istana. Pada perjalanan pertama, pangeran melihat seorang tua dengan segala kelemahannya. Pada saat itulah pangeran menyadari setiap orang akan mengalami usia tua. Pada perjalanan kedua, pangeran melihat seorang sakit yang menderita. Pada saat itu pangeran menyadari bahwa setiap orang pasti akan mengalami sakit. Pada perjalanan ketiga, pangeran melihat mayat orang mati yang dibakar. Pada saat itu pangeran menyadari bahwa semua orang pasti mati. Pada perjalanan keempat, pangeran bertemu dengan seorang pertapa yang begitu agung. Pangeran merasa bahagia menyadari adanya cara untuk mencari jawaban pertanyaannya tentang bagaimana manusia bisa terhindar dari penderitaan.




Diorama ke 20 - RAHULA

Ketika bertemu dengan pertapa dan menetapkan niatnya untuk menjadi pertapa, pangeran mendapat kabar dari istana bahwa putri Yasodhara telah melahirkan seorang putra. Sesaat ketika mendengar berita ini, pangeran berkata �telah lahir suatu hambatan bagiku�. Perkataan ini kemudian didengar oleh Sang Raja Sudhodana yang kemudian memberikan nama anak Pangeran Sidharta �Rahula� yang artinya adalah �hambatan�.




Diorama ke 21 - MENINGGALKAN ISTANA

Pada pesta kelahiran anaknya, Pangeran Sidharta menyaksikan para dayang yang tadinya terlihat begitu cantik. Saat itu tertidur kelelahan setelah pesta dan terlihat begitu kacau dan menjijikkan. Saat itu pulalah Pangeran Sidharta berpikir bahwa semuanya ini hanyalah sementara. Hal ini kemudian menjadi alasan yang kuat bagi dirinya untuk meninggalkan istana dan mencari jawaban tentang pertanyaannya. Kemudian pangeran melihat istri dan anaknya. Tetapi karena Yasodhara menutupi wajah Rahula, Pangeran Sidharta tidak bisa melihat wajah anaknya. Karena tidak ingin niat agungnya terhalangi oleh rasa cinta kepada keluarga. Meskipun sangat ingin melihat wajah anaknya, Sidharta tidak berusaha melihat wajah anaknya ketika meninggalkan istana. Ketika meninggalkan kamar, pangeran Sidharta berjanji akan kembali dan mengajarkan cara untuk terbebas dan tua, sakit, dan mati. Bersama dengan Chana sang kusir pribadi dan Kuda Kantakha, Pangeran meninggalkan gerbang istana pada malam hari itu juga. Di luar istana Pangeran dihadang oleh Dewa Mara yang berusaha menghalangi niat agungnya.




Diorama ke 22 - MENETAPKAN TEKAD AGUNG

Pangeran memotong rambutnya pada keesokan harinya dan melepaskan semua perhiasan dan baju kebesaran sebagai Pangeran. Perbuatan ini adalah perwujudan dari tekadnya untuk menjadi petapa dan meninggalkan semua kemewahan yang dimilikinya. Momen ini menjadi awal kehidupan Pangeran Sidharta sebagai seorang pertapa.




Diorama ke 23 - PARA GURU SANG PERTAPA GOTAMA

Dalam masa pencariaannya, pertapa Gotama mencari guru yang dapat menuntun dirinya untuk mencapai pencerahan dan mendapat jawaban tentang pertanyaannya. Pada masa tersebut ada dua orang pertapa yang memiliki kemampuan meditasi yang cukup tinggi dan memiliki murid yang sangat banyak. Dan guru Alara Kalama, pertapa Gotama belajar tentang meditasi dengan konsentrasi tinggi dan pencapaiannya melampaui gurunya. Dan guru Udhaka Ramaputta, pertapa Gotama belajar mencapai jhana - jhana yang tinggi. Tetapi pertapa Gotama melampaui pencapaian gurunya. Dan pengalamannya ini kemudian pertapa Gotama menyadari bahwa semua yang dijalaninya ini tidak dapat menghapuskan nafsu, penderitaan, dan menemukan keseimbangan batin. Lalu beliau memutuskan mencari caranya sendri.




Diorama ke 24 - ENAM TAHUN MENYIKSA DIRI

Setelah menyadari bahwa pertapaan yang diajarkan para guru meditasi adalah tidak menuju penghapusan nafsu, penderitaan, dan keseimbangan batin. Pertapa Gotama mencoba melatih diri dalam cara yang ekstrem. Beliau berpikir bahwa dengan mematikan rasa sakit terhadap fisik akan menuju kepada apa yang dicarinya. Kemudian pertapa Gotama melakukan meditasi dengan cara tidak makan dan minum dalam waktu yang lama serta berlatih dengan cara berhenti bernafas. Dalam latihan meditasi menyiksa diri ini pertapa Gotama disertai oleh 5 orang pertapa yang menemaninya dalam pertapaan keras selama 6 tahun yang hampir membuatnya meninggal. Pada akhirnya pertapa Gotama menyadari kesalahannya setelah mendengarkan syair seorang penyanyi �Bila senar dawai ini ditarik terlalu keras maka dia akan putus dan apabila terlalu kendor tidak akan keluar suaranya�. Mendengar syair ini pertapa Gotama menyadari kondisi latihannya adalah salah.



Diorama ke 25 - MENERIMA NASI SUSU DARI SUJATA

Setelah menyadari kesalahan ini pertapa Gotama menghentikan pertapaan kerasnya dan menerima persembahan dan seorang gadis bernama Sujata. Sebelumnya Sujata mengira bahwa Pertapa Gotama adalah dewa pohon dan memberikan persembahan semangkok nasi susu. Setelah makan nasi susu ini kulit tubuh beliau menjadi lebih bertenaga dan memancarkan keagungan. Melihat Sang pertapa Gotama memakan semangkok nasi susu, kelima pertapa mengira pertapa Gotama telah menyerah dalam latihannya. Kemudian mereka pergi meninggalkan pertapa Gotama sendirian.




Diorama ke 26 - JALAN TENGAH (PENCERAHAN PERAMA)

Setelah menerima dana makanan, tubuh kurus pertapa Gotama menjadi lebih sehat dan bertenaga. Setelah itu beliau merenungkan kembali semua yang telah dijalani dan mengerti tentang jalan tengah . Cara yang terlalu ekstrem menyiksa diri dan terlalu ekstrem menyenangkan diri tidak akan menuju kepada pembebasan dari nafsu. Setelah merenungkan hal ini Pertapa Gotama mengalami pencerahan pertamanya. Dalam keadaan ini kondisi tubuh fisik beliau juga terlihat agung dan bersinar.




Diorama ke 27 - BERTEKAD MENCAPAI PENCERAHAN SEMPURNA

Setelah mengalami pencerahan tentang jalan tengah, pertapa Gotama menerima persembahan atas meditasi berupa rumput kering dari seorang pengembara. Setelah itu pertapa Gotama duduk bermeditasi dan berjanji dengan bumi sebagai saksi bahwa Beliau tidak akan bangun dari meditasinya sebelum mencapai pencerahan sempurna.



Diorama ke 28 - MELEWATI SERANGAN MARA (PENCERAHAN KEDUA)

Dalam satu masa di dalam meditasinya Pertapa Gotama mengalami gangguan dan godaan dari Mara penggoda yang menyerang beliau dengan berbagai macam cara. Dengan pasukannya dan berbagai macam senjata menyerang Pertapa Gotama. Tapi Pertapa Gotama tidak bergeming dan semua senjata yang menyerang telah berubah menjadi bunga yang indah yang bertebaran disekitar pertapa. Pada puncak godaan Mara yang dilambangkan dengan 3 wanita cantik... Setelah melewati semua godaan Mara, Pertapa Gotama mengalami pencerahan kedua. (Dipercaya bahwa semua godaan Mara ini adalah pergumulan di dalam diri beliau dalam mengalahkan semua godaan nafsu keinginan dalam dirinya sendiri).




Diorama ke 29 - PENCERAHAN SEMPURNA

Setelah mengalami berbagai rintangan dan mampu melihat berbagai macam kebenaran, akhirnya beliau mengalami pencerahan sempurna dan menemukan sebab dari semua masalah kehidupan dan menjadi Buddha. Melalui penglihatan tentang berjuta-juta kali kehidupan lampaunya, akhirnya Beliau merenungkan sebab - sebab saling terkait yang menyebabkan manusia selalu terlahir kembali dan mengalami penderitaan. Beliau juga menemukan bahwa apabila salah satu sebab diputuskan mata rantainya, maka siklus kelahiran akan berakhir. (Paticca Samuppada).




Diorama ke 30 - PERMOHONAN UNTUK MENGAJARKAN DHAMMA

Setelah pencerahan sempurna Buddha merenungkan bahwa kebenaran yang diperolehnya dalam pencerahan ini sangatlah dalam dan luas. Manusia dengan segala keterbatasan dan kekotoran batinnya tidak akan mampu memahaminya. Tetapi ketika Brahma Sahampati raja para dewa memohon kepada Buddha Gautama agar mengajarkan Dhamma kepada para dewa dan manusia, Beliau melihat bahwa masih ada sedikit di antara mereka yang masih memiliki sedikit debu dimatanya dan mampu memahami dan menyelami kebenaran ini. Akhirnya Beliau menerima permohonan itu.




Diorama ke 31 - PEMUTARAN RODA DHAMMA

Setelah menerima permohonan Brahma Sahampati, Sang Buddha mencari melalui mata batinnya orang yang mampu memahami ajaran in. Pada awalnya Beliau mencari para gurunya, tetapi keduanya sudah meninggal dunia. Kemudian dia teringat kepada ke 5 pertapa yang menemaninya saat meditasi menyiksa diri dan mendatangi mereka di Taman Rusa Isipatana. Pada waktu Buddha mendatangi mereka, mereka pada awalnya berusaha mengacuhkan beliau, tetapi ketika mereka melihat keagungan Sang Buddha, akhirnya mereka mau menerima ajaran dengan tulus. Pada saat itu diajarkan tentang 4 kesunyataan yang menjadi dasar ajaran keseluruhan. Segera setelah selesai dibabarkan, seorang pertapa bernama Kondanna mencapai tingkat kesucian Arahat. Kelima orang Bhikkhu ini menjadi awal terbentuknya Sangha.




Diorama ke 32 - MISIONARI PERTAMA

Pada suatu ketika pada saat sang Buddha mengajar Dhamma pada para Bhikkhu, Beliau membabarkan kotbah tentang api yang mempunyai arti bahwa dunia ini sedang terbakar oleh nafsu, kebencian, dan keserakahan. Oleh karena itu demi kebahagiaan semua makhluk, sang Buddha memerintahkan kepada para Bhikkhu untuk mengajarkan ajaran ini kepada semua makhluk "Pergi jauhlah, demi kebaikan orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak, demi welas asih bagi dunia, demi kesejahteraan, demi kebajikan dan kebahagiaan dewa dan manusia. Janganlah 2 darimu mengambil Jurusan yang sama, ajarkanlah Dhamma yang indah pada awalnya, pada pertengahannya dan pada akhirnya. Permaklumkanlah isi dan semangat kehidupan suci namun sempurna dan lengkap terisi".




Diorama ke 33 - MAGHA PUJA

Pada bulan magha 1250 arahat berkumpul dalam waktu bersamaan di satu tempat yang sama tanpa diundang. Pada kesempatan ini pertama kali Sang Buddha mengajarkan Ovada Pathimokha. Tentang kesabaran sebagai tapa yang tertinggi. Berkumpulnya para arahat dalam waktu bersamaan di suatu tempat yang sama tanpa di undang adalah salah satu ciri dari seorang Buddha.




Diorama ke 34 - SANG BUDDHA KEMBALI KE KERAJAAN

Untuk menepati janjinya saat meninggalkan istana, Beliau kembali ke istana dan bertemu dengan istrinya Yasodhara dan anaknya Rahula untuk mengajarkan Dhamma. Dikemudian hari Yasodhara menjadi bhikkhuni dan Rahula menjadi Samanera pertama.




Diorama ke 35 - KESETARAAN STATUS DALAM DHAMMA

Pada waktu itu hanya kasta-kasta tertentu saja yang dapat belajar agama. Pada suatu ketika seorang pemulung berkasta rendah bernama Sunita yang bekerja sebagai pembuang sampah, selalu menghindar ketika melihat sang Buddha karena merasa tidak pantas untuk bertemu dengan Beliau. Dengan kemampuan batinnya Sang Buddha melihat bahwa Sunita bisa mencapai tinggat kesucian Arahat, maka beliau menemui Sunita untuk mengajarkan Dhamma kepadanya. Setelah mendengar ajaran sang Buddha, Sunita mencapai tingkat kesucian Arahat. Hal ini menunjukkan bahwa status seseorang tidak ada bedanya di dalam Dhamma.




Diorama ke 36 - PERDAMAIAN DALAM DHAMMA

Pada suatu masa terjadi perebutan penguasaan air di sungai Rohini akibat kekeringan yang melanda daerah tersebut. Kedua kerajaan telah bersiap-siap melakukan perang memperebutkan penguasaan air sungai itu. Sebelum terjadi peperangan, dengan kemampuannya sang Buddha melihat akan pecah perang sehingga Beliau segera datang dan menghentikan peperangan tersebut dengan mengajarkan Dhamma tentang kebijaksanaan. Pada saat itu Beliau bertanya kepada kedua belah pihak, �Lebih berharga manakah, darah atau air? lebih kental manakah, Darah atau air?� Dengan menyadari kebenaran bahwa masih ada cara lain untuk menyelesaikan masalah mereka, akhirnya kedua belah pihak menarik diri dan menggunakan sumber air secara bersama-sama.




Diorama ke 37 - KESETARAAN GENDER

Pada suatu ketika, Bhikkhu Ananda memohon kepada sang Buddha untuk menerima permohonan Ratu Mahapajapati Gotami yang menggantikan Ratu Mahamaya sebagai ibu dari Pangeran Sidharta untuk ditahbiskan menjadi bhikkhuni. Pada awalnya, sang Buddha tidak menanggapi permohonan ini karena alasan tertentu. Kemudian Bhikkhu Ananda mengulang permohonan sebanyak 3 kali. Sehingga kemudian permohonan tersebut dikabulkan. Pada saat itu Mahapajapati Gotami, Yasodhara dan 500 dayang-dayang ditahbiskan menjadi Bhikkhuni, ini pertama kali terbentuk Sangha Bhikkhuni.




Diorama ke 38 - SANG BUDDHA MENGAJAR DI SURGA TAVATIMSA

Pada masa kediaman musim hujannya yang ketujuh sang Buddha menuju Surga Tavatimsa yang merupakan tempat kediaman dan tumimbal lahir Ratu Mahamaya yang bernama Santusita. Karena cinta kasih dan rasa terima kasihnya kepada ibunya, maka Sang Buddha mengajarkan Adhidhamma kepada Dewa Santusita. Pada saat itu kumpulan dewa dan 10.000 tata dunia datang untuk ikut mendengarkan Dhamma. Setelah 3 bulan mengajar di Surga Tavatimsa Sang Buddha kembali dan membuat banyak dewa dari berbagai dunia mencapai tingkat kesucian.




Diorama ke 39 - 8 BERKAH KEJAYAAN SANG BUDDHA

Delapan peristiwa penting besar melambangkan kemenangan Dhamma yang diselesaikan sang Buddha dengan cinta kasih tanpa kekerasan, diantaranya:
  • Penaklukan Mara dengan segala kekuatan, kelicikan dan pasukannya.
  • Membiarkan fitnah dari Cincamanavika yang mengaku dihamili oleh Sang Buddha. Yang akhirnya terbongkar ketika Dewa Saka menyamar sebagai tikus dan menarik selendang pengikat kayu di perut Cinca.
  • Menakukan Alavaka sang Yaksa pemberang dengan cinta kasih.
  • Mengalahkan Angulimala yang mencari 1000 jari tangan manusia untuk mencapai pencerahan. Sang Buddha menghalangi Angulimala membunuh ibunya untuk mendapatkan jari tangan ke 1000. Dengan kesaktian, kebijaksanaan dan cinta kasih akhirnya Angulimala tersadar dari kesalahannya dan menjadi salah satu murid utama Sang Buddha.
  • Dengan petunjuk dari sang Buddha, Bhikkhu Monggalana mengalahkan Nandopananda sang raja naga yang sombong akan kesaktiannya.
  • Dengan kemampuannya sang Buddha mengalahkan kesombongan Brahma Baka yang mengaku dirinya pencipta alam semesta ini. Mengenai penciptaan ini Sang Buddha mengatakan sebagai berikut "seorang pembuat roti bukanlah pencipta roti. Pada kenyataannya dia tidak menciptakan bahan - bahan pembuat roti".
  • Dengan pengetahuannya sang Buddha mengalahkan Saccaka sang pendebat kelana yang berdebat tentang adanya Jiwa (atman) yang kekal dalam diri manusia. Sang Buddha mengatakan tidak adanya jiwa yang kekal (anatta).
  • Dengan cinta kasih menjinakkan Nalagini sang gajah mabuk. Gajah ini sebelumnya diberi minum minuman keras oleh Devadatta yang merasa iri dengan Buddha Gotama dengan tujuan mencelakai Beliau.



Diorama ke 40 - PANDANGAN TENTANG BERKAH UTAMA

Pada waktu itu banyak para dewa dan manusia yang berdebat tentang arti sesungguhnya dari berkah, ada yang menganggap berkah adalah sesuatu yang terlihat indah, ada yang beranggapan berkah adalah sesuatu yang indah didengar. Mendengar hal ini Dewa Sakka menanyakan hal ini pada sang Buddha. Untuk menjawab hal ini Sang Buddha membabarkan sutta tentang Berkah Utama. Sebagian syairnya berbunyi berikut:

Tak bergaul dengan orang yang tak bijaksana
Bergaul dengan mereka yang bijaksana
Menghormat mereka yang patut dihormati
Itulah berkah utama
Hidup ditempat yang sesuai
Berkat jasa - jasa dalam hidup yang lampau
Menuntun diri ke arah yang benar
Itulah berkah utama




Diorama ke 41 - KALAMA SUTTA

Pada suatu ketika sang Buddha berdiam di kota Kessaputa, yang merupakan tempat tinggal kaum Kalama. Orang-orang ini mendatangi sang Buddha dan menanyakan tentang adanya beberapa brahmana dan petapa yang mengajarkan ajarannya masing-masing dan menyalahkan ajaran yang lainnya. Kemudian sang Buddha menjawab, "Adalah satu hal yang wajar untuk menjadi ragu pada hal - hal yang meragukan. Marilah kaum Kalama jangan percaya pada apapun hanya berdasarkan: wahyu atau pemaparan, tradisi turun temurun, kabar angin, hal itu sesuai dengan kitab suci, logika, sekilas tampak benar, alasan yang masuk akal, dukungan teori-teori, tampaknya demikianlah yang akan terjadi, pikiran bahwa orang ini adalah petapa yang sangat dihormati. Kaum kalama, bila kamu sendiri tahu bahwa sesuatu itu buruk, tidak pantas untuk dilakukan, tercela, dan dikecam oleh para bijaksana, bila hal-hal ini dilakukan dan diupayakan akan menuntun menuju kemunduran batin serta penderitaan, maka tinggalkanlah hal ini".




Diorama ke 42 - PELIMPAHAN JASA KEPADA ORANG YANG TELAH MENINGGAL

Pada malam sebelum Raja Bimbisara menjamu Sang Buddha dan berdana makanan, beliau bermimpi didatangi makhluk-makhluk kelaparan yang meminta tolong. Ternyata menurut sang Buddha, mereka adalah sanak keluarga Beliau yang telah meninggal dan lahir menjadi makhluk kelaparan. Kemudian Sang Buddha mengajarkan raja Bimbisara untuk mempersembahkan dana makanan kepada Buddha dan para arahat serta melimpahkan perbuatan baik tersebut atas nama mereka. Di sini diajarkan bahwa jasa-jasa perbuatan baik kita bisa dilimpahkan untuk menolong sanak keluarga yang telah meninggal dunia dengan cara berbuat baik bagi mereka yang telah meninggal.




Diorama ke 43 - MAHA PARINIBBANA

Setelah membabarkan Dhamma selama 45 tahun dan mencapai umur 80 tahun beliau meninggalkan rajagaha. Karena usia tua dan penyakit, Beliau berhenti di Pava, menginap di hutan mangga milik Ambapali. Oleh Cunda Beliau diundang makan dan disajikan sukaramaddava, namun setelah menyantapnya beliau terserang penyakit luar biasa, tetapi beliau tetap bertahan dengan kesadaran penuh, mawas sempurna tanpa keluhan. Kepada Cunda yang merasa bersalah dan menyesal sang Buddha berkata "ini adalah suatu jasa Cunda, ini adalah hash perbuatan baikmu bahwa seorang Buddha memasuki Nibbana akhir setelah menyantap santapan darimu" dengan cara ini hendaknya penyesalan Cunda dihapuskan. Sang Buddha parinibbana di bawah 2 pohon sala di Kusinara. Sebelum parinibanna sang Buddha memberikan kata-kata terakhir "Sekarang, para Bhikkhu, saya katakan pada engkau sekalian. Semua yang berprasyarat tidaklah kekal - berusahalah dengan sungguh - sungguh mencapai pembebasan dan memasuki kehidupan suci".




Diorama ke 44 - RELIK BUDDHA

Sisa Jasad Buddha Gautama yang dibakar menyisakan kristal yang disebut relic dan dibagi ke delapan Kerajaan Besar pendukung Buddha Dhamma. Relic ini dipercayai merupakan kristalisasi dari hasil latihan dan pengamalan kehidupan suci Buddha Gotama pada masa hidupnya. Hingga kini banyak negara yang memegang teguh tradisi Buddha masih menyimpan beberapa relic tersebut. Bahkan beberapa Bhikkhu pada masa sekarang juga menyisakan relic tubuh pada saat jasad tubuhnya dikremasi.




Diorama ke 45 - KONSILLI BUDDHIST PERTAMA

Pertemuan yang dihadiri 500 orang Arahat termasuk Bhikkhu Ananda sebagai sekretaris pribadi sang Buddha dan memiliki keistimewaan dalam mengingat ajaran - ajaran Sang Buddha. Pada masa Bhikkhu Ananda mengikuti Buddha Gotama, Beliau selalu mengulangi semua ajarannya kepada Bhikkhu Ananda. Pertemuan ini bertujuan untuk mengingat kembali semua ajaran Sang Buddha Gotama. Dan Konsilliasi ini kemudian ada beberapa konsiliasi berikutnya yang menjadi sejarah awal penulisan Ajaran Buddha Dhamma dan sekaligus sebagai sejarah munculnya Tipitaka.








Berikut adalah gbr patung Buddha Rupang raksaksa dalam posisi parinibbana sepanjang 21 meter dan tinggi 6 meter

Cth gbr di Surabaya




Di Makassar(GTC Tanjung Bunga)

Gbr2 lainnya :




My Photo with Patung Buddha ^^




* Sebagian gbr diambil dari cuplikanBuddhist festival 2008 di Surabaya..





0 Comment: